Rabu, 14 April 2010
chapter 23 : darimana datangnya cinta
Anda pasti sering mendengar kata cinta...? pernahkan anda merasakan bagaimana jatuh cinta..? dan pernahkah anda bertanya kenapa ada rasa cinta timbul dalam diri anda..? mengapa rasa itu sangat menggebu-gebu di saat usia remaja..? dan mengapa rasa itu bisa muncul..?
Cinta bisa dijelaskan secara ilmiah secara kimia. Cinta dan sayang antara 2 manusia yang berlainan jenis itu bisa muncul karena adanya senyawa kimia di dalam tubuh kedua orang tersebut. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa feromon atau hormon pheromones.
SENYAWA FEROMON ATAU HORMON PHEROMONES
Kata feromon berasal dari bahasa yunani phero yang berarti membawa dan mone yang berarti sensasi. Jadi feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin yang dimiliki oleh semua mahluk hidup untuk mengenali jenisnya, lawan jenisnya,dan orang lain. Zat ini juga sangat berperan dalam proses reproduksi.
Pada manusia zat feromon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang terletak di ketiak, wajah, kulit dan kemaluan. Zat feromon ini sangat aktif ketika manusia mengalami masa puber atau baligh. Feromon sendiri adalah zat yang tidak terlihat oleh mata, tidak memiliki ukuran, tidak dapat terdeteksi oleh panca indera dan mudah sekali menguap.
Feromon sering keluar bersama keringat dan biasanya tertahan di pakaian. Banyak ahli menyebutkan bahwa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan pada lawan jenis, rasa sayang, rasa cinta, rasa rindu dan gairah seks.
CARA KERJA FEROMON
Layaknya insiator dalam reaksi kimia, feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan kepada lawan jenis, baik secara seksual maupun tidak. Proses kerja feromon dimulai dari kontak mata, jika kontak mata terjadi, maka senyawa feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang sensitif yaitu vomeresonal organ (VNO). VNO ini terdapat didalam lubang hidung yang terhubung kedalam otak melalui jaringan syaraf. Setiap feromon yang berhembus dari tubuh akan tercium oleh VNO dan akan diteruskan ke daerah hypotalamus yang juga mengatur emosi manusia. Setelah menerima rangsangan otak akan memberikan respon balik dan akan mempengaruhi kondisi psikologis tubuh, misalnya berkeringat, jantung berdebar debar, suhu tubuh meningkat dan nafas menjadi tidak beraturan.
SENYAWA KIMIA LAIN
Pada dasarnya proses pemberian respon dari hypotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dicintai. Setelah feromon bertindak sebagai insiator, maka hypotalamus akan merangsangpembentukan senyawa kimia lain yaitu phenyletilmine (PEA), dopamine, ninopinephrine, senyawa endoprine dan senyawa oksitosin.
Senyawa-senyawa ini akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing senyawa PEA, dopamine,dan ninopinephrine akan memberikan efek tersipu sipu atau malu saat berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa endoprine akan menimbulkan suasana aman, damai dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin membuat rasa cinta dan mesra diantara keduanya.
Efek lain dari feromon dan senyawa senyawa lain menpunyai efek adiksi seperti narkoba, sehingga membuat seseorang menjadi kecanduan sehingga menimbulkan rasa kangen, rindu dan ingin sesering mungkin melihat pasangannya.
Perasaan cinta ini dalam beberapa tahun akan berkurang sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan produksi senyawa tersebut tidak berlangsung terus menerus dan kemampuan tubuh untuk memproduksi senyawa tersebut mulai berkurang setelah dua sampai empat tahun. Akibatnya rasa tertarik pada pasangan mulai berkurang, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat ketertarikan itu mulai luntur, maka otak akan tetap berusaha memproduksi zat oksitosin selama pasangan tersebut berusaha untuk saling menyayangi dan setia.
Semoga bermanfaat..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar